LAPORAN PENDAHULUAN “STEMI (ST ELEVASI MIOKARD INFARK)” PRAKTIK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT (ICU)
LAPORAN
PENDAHULUAN
PRAKTIK
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT (ICU)
“STEMI
(ST ELEVASI MIOKARD INFARK)”
NAMA
: HUDROMI HIDAYAT
NIM : 1013031049
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
Serang
Januari
2017
A. DEFINISI
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI)
adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran
darah koroner oleh proses degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor
dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG.
Infark
miokardium menunjukan suatu daerah nekrosis miokardium akibat
iskemia total. MI akut yang terkenal sebagai “Serangan jantung”, merupakan
penyebab tunggal tersering kematian diindstri dan merupakan salah satu
diagnosis rawat inap tersering di Negara maju (Kumar, 2007)
Infark
miokard Akut adalah iskemia atau nekrosis pada oto jantung yang diakibatkan
karena penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner (Doengos,
2003).
B.
ETIOLOGI
1.
Faktor penyebab :
a.
Suplai oksigen ke miocard berkurang yang
disebabkan oleh 3 faktor :
Ø Faktor
pembuluh darah :
·
Aterosklerosis.
·
Spasme
·
Arteritis
Ø Faktor
sirkulasi :
·
Hipotensi
·
Stenosos aurta
·
Insufisiensi
Ø Faktor
darah :
·
Anemia
·
Hipoksemia
·
Polisitemia
b.
Curah
jantung yang meningkat :
Ø Aktifitas berlebihan
Ø Emosi
Ø Makan terlalu banyak
Ø Hypertiroidisme
c.
Kebutuhan
oksigen miocard meningkat pada :
Ø Kerusakan
miocard
Ø Hypertropimiocard
Ø Hypertensi
diastolic
2. Faktor
predisposisi :
a. faktor
resiko biologis yang tidak dapat diubah :
Ø usia
lebih dari 40 tahun
Ø jenis
kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah
menopause
Ø hereditas
Ø Ras
: lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
b. Faktor
resiko yang dapat diubah :
Ø Mayor
:
·
Hyperlipidemia
·
Hipertensi
·
Merokok
·
Diabetes
·
Obesitas
·
Diet tinggi lemak jenuh, kalori
Ø Minor:
·
Inaktifitas fisik
·
Pola
kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif).
·
Stress
psikologis berlebihan. (Kasuari, 2002)
A. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri
dada penderita infark miokard serupa dengan nyeri angina tetapi lebih intensif
dan berlangsung lama serta tidak sepenuhnya hilang dengan istirahat ataupun
pemberian nitrogliserin (Irmalita, 1996).
Rasa
nyeri hebat sekali sehingga penderita gelisah, takut, berkeringat dingin dan
lemas. Pasien terus menerus mengubah posisinya di tempat tidur. Hal ini
dilakukan
untuk
menemukan posisi yang dapat mengurangi rasa sakit, namun tidak berhasil. Kulit
terlihat pucat dan berkeringat, serta ektremitas biasanya terasa dingin
(Antman, 2005).
Dari ausklutasi
prekordium jantung, ditemukan suara jantung yang melemah. Pulsasinya juga sulit
dipalpasi. Pada infark daerah anterior, terdengar pulsasi sistolik abnormal
yang disebabkan oleh diskinesis otot-otot jantung. Penemuan suara jantung
tambahan (S3 dan S4), penurunan intensitas suara jantung dan paradoxal
splitting suara jantung S2 merupakan pertanda disfungsi ventrikel jantung.
Jika didengar dengan seksama, dapat terdengar suara friction rub perikard,
umumnya pada pasien infark miokard transmural tipe STEMI (Antman, 2005).
A. PATOFISIOLOGI
STEMI
umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
setelah oklusi trombus pada plak arterosklerosik yang sudah ada sebelumnya.
Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI
karena berkembangnya
banyak
kolateral sepanjang
waktu.
STEMI terjadi jika trombus arteri
koroner terjadi secara cepat pada lokasi injury
vaskular, dimana injury ini di
cetuskan oleh faktor-faktor seperti
merokok,hipertensi dan akumulasi lipid.
Pada sebagian
besar kasus, infark
terjadi jika plak
arterosklerosis
mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu
trombogenesis, sehingga terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histologis menunjukkan plak
koroner cenderung mengalami ruptur jika mempunyai fibrous cap yang tipis dan inti kaya lipid (lipid rich core). Pada STEMI gambaran patologis klasik terdiri
dari fibrin
rich
red
trombus,
yang dipercaya menjadi dasar sehingga
STEMI memberikan respon terhadap terapi trombolitik. Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis (kolagen, ADP,
efinefrin, serotonin) memicu aktivasi trombosit, yang selanjutnya akan
memproduks i dan melepaskan tromboxan A2 (vasokontriktor lokal yang poten). Selain
aktivasi trombosit
memicu
perubahan
konformasi reseptor
glikoprotein
IIb/IIIa.
Setelah mengalami konversi fungsinya, reseptor mempunyai afinitas tinggi
terhadap sekuen asam amino pada protein adhesi yang
larut
(integrin) seperti faktor von Willebrand (vWF) dan fibrinogen, dimana keduanya adalah molekul
multivalen yang dapat mengikat 2 platelet yang berbeda secara
simultan, menghasilkan ikatan silang platelets
dan
agregasi.Kaskade koagulasi di aktivasi
oleh pajanan tissue factor pada sel endotel yang rusak. Faktor VII dan X di aktivasi, mengakibatkan konversi protrombin menjadi
trombin, yang kemudian mengkonversi
fibrinogen menjadi fibrin. Arteri
koroner yang terlibat kemudian akan mengalami oklusi oleh
trombus yang terdiri
agregat trombosit dan fibrin. Pada kondisi yang jarang, STEMI
dapat juga
disebabkan
oleh emboli
koroner, abnormalitas kongenital, spasme koroner dan berbagai penyakit inflamasi sistemik. (Alwi, 2006)
B.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Pemeriksaan
Laboratotium Pemeriksaan Enzim jantung :
·
CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang
ditemukan pada otot jantung
meningkat pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam
(3-5 hari).
·
CK-MB:
meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan kembali normal pada 48-72
jam
·
LDH(laktat
dehidrogenase), LDH1, dan LDH2: Meningkat dalam 24 jam dan memakan waktu
lama untuk kembali normal
·
AST
(/SGOT : Meningkat b.
Elektrokardiogram (EKG)
b. Pemeriksaan EKG digunakan untuk
mencatat aktivitas elektrik jantung. Melalui aktivitas elektrik jantung
dapat diketahui irama jantung, besarnya jantung, dan kondisi otot
jantung, kondisi otot jantung inilah yang memiliki kaitanya dengan PJK.
c. Tes Treadmill Atau Exercise Stress
Testing (uji latih jantung dengan bebean)
Exercise
testing merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan untuk
mendiagnosis apakah seseorang terkena menderita penyakit jantung dan juga
untuk menstratifikasi berat ringannya penyakit jantung. Selain itu tes
treadmill juga dapat dipakai untuk mengukur kapasitas jantung, gangguan irama,
dan lain-lain.
d. Echocardiography (Ekokardiografi)
Ekokardiografi
adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara ultra untuk mengamati struktur
jantung dan pembuluh darah, juga dapat menilai fungsi jantung.
e. Angiografi korener
f. Merupakan cara dengan menggunakan
sinar X dan kontras yang disuntikan kedalam arteri koroner melalui kateter
untuk melihat adanya penyempitan diarteri koroner.
g. Multislice Computed Tomograpy
Scanning (MSCT)
CT
menghasilkan tampilan secara tomografi (irisan) digital dari sinar X yang
menembus organ. Sinar X yang menembus diterima oleh detektor yang mengubahnya
menjadi data elektrik dan diteruskan ke sistem komputer untuk diolah menjadi
tampilan irisan organ-organ tubuh.
h. Cardiac Magnetic Resonance Imaging
(Cardiac MRI)
Merupakan
salah satu teknik pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran, yang
menggunakan interaksi proton-proton tubuh dengan gelombang radio-frekuensi dalam
medan magnet (sekitar 0,64-3 Tesla) untuk menghasilkan tampilan penampang
(irisan) tubuh.
i.
Radionuclear
Medicine
Dengan
menggunakan radio aktif dimasukan kedalamtubuh pasien, kemudian dideteksi
dengan menggunakan kamera gamma atau kamera positron, sehingga pola
tampilan yang terjadi berdasrkan pola organ yang memancarkan sinar gamma.
(Kabo, 2008).
A. PENATALAKSANAAN
a.
Medis
Tujuan
penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah memperkecil kerusakan
jantuang sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi. Kerusakan
jantung diperkecil dengan cara segera mengembalikan keseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen jantung. Terapi obat-obatan ,pemberian O2, tirah
baring dilakukan secara bersamaan untuk tetap mempertahankan jantung.
Obat-obatan dan O2 digunakan untuk meningkatkan suplay O2, sementara tirah baring digunakan untuk
mengurangi kebutuhan O2. Hilangnya nyeri merupakan indicator utama bahwa
kebutuhan dan suplai O2 telah mencapai keseimbangan. Dan dengan penghentian
aktifitas fisik untuk mengurangi beben kerja jantung membatasi luas kerusakan.
b.
Farmakologi
Ada
3 kelas obat-obatan yang digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen;
Vasodilator untuk mengurangi nyeri jantung,missal;NTG (nitrogliserin). Anti
koagulan Missal;heparin (untuk mempertahankan integritas jantung) Trombolitik
Streptokinase (mekanisme pembekuan dalam tubuh).
(Smeltzer
& Bare,2006).
A. ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
Pada anamnesis perlu ditanyakan
dengan lengkap bagaimana kriteria nyeri
dada
yang di
alami pasien, sifat nyeri dada pada pasien STEMI merupakan nyeri
dada tipikal (angina). Faktor resiko seperti hipertensi,diabetes melitus, dislipidemia, merokok, serta riwayat penyakit jantung koroner di keluarga (Alwi, 2006).
Pada hampir setengah
kasus, terdapat faktor pencetus sebelum
terjadi
STEMI, seperti aktivitas fisik berat, stress, emosi, atau penyakit medis lain yang menyertai. Walaupun
STEMI bisa terjadi sepanjang hari atau
malam, tetapi variasi sirkadian di laporkan
dapat terjadi pada pagi
hari dalam beberapa jam setelah bangun tidur.
Pada pemeriksaan fisik di dapati pasien gelisah dan tidak bisa istirahat. Seringkali ektremitas pucat di sertai
keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal
> 30 menit dan banyak keringat di
curigai
kuat adanya STEMI. Tanda fisis lain pada disfungsi ventrikular adalah
S4
dan S3 gallop, penurunan intensitas jantung pertama dan
split paradoksikal bunyi jantung kedua. Dapat ditemukan murmur midsistolik atau late sistolik apikal yang bersifat sementara (Alwi, 2006).
Selain
itu diagnosis STEMI ditegakan melalui gambaran EKG adanya
elevasi
ST
kurang lebih 2mm, minimal
pada dua sadapan prekordial yang berdampingan atau kurang lebih 1mm pada 2 sadapan ektremitas. Pemeriksaan enzim jantung terutama troponin T yang
mengikat, memperlua, memperkuat diagnosis. (Alwi, 2006).
2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan iskemia dan
infark jaringan miokard
b. Penurunan curah jantung berhubungan
dengan irama jantung strokevolume, pre load dan afterload, kontraktiltas
jantung.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan
kelemahan dalam aktivitas .
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi. (Herdman, 2012).
1.
INTERVENSI
:
Nyeri akut
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Kolaborasi
|
Rencana keperawatan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Nyeri akut berhubungan dengan:
Agen injuri (biologi, kimia,
fisik, psikologis), kerusakan jaringan miokard
DS:
-
Laporan secara verbal
DO:
-
Posisi untuk menahan nyeri
-
Tingkah laku berhati-hati
-
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
-
Terfokus pada diri sendiri
-
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
-
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
-
Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
-
Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari
lemah ke kaku)
-
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
-
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
|
NOC :
v Pain
Level,
v pain
control,
v comfort
level
Setelah
dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
·
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
·
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
·
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
·
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
· Tanda
vital dalam rentang normal
· Tidak
mengalami gangguan tidur
|
NIC :
§ Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
§ Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
§
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
§
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
§ Kurangi
faktor presipitasi nyeri
§
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
§
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi,
kompres hangat/ dingin
§
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
§ Tingkatkan
istirahat
§ Berikan
informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
§
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
|
Penurunan curah jantung
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Kolaborasi
|
Rencana keperawatan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Penurunan curah
jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume, pre
load dan afterload, kontraktilitas jantung.
DO/DS:
- Aritmia,
takikardia, bradikardia
- Palpitasi,
oedem
- Kelelahan
- Peningkatan/penurunan
JVP
- Distensi
vena jugularis
- Kulit
dingin dan lembab
- Penurunan
denyut nadi perifer
- Oliguria,
kaplari refill lambat
- Nafas
pendek/ sesak nafas
- Perubahan
warna kulit
- Batuk,
bunyi jantung S3/S4
- Kecemasan
|
NOC
:
·
Cardiac Pump effectiveness
·
Circulation Status
·
Vital Sign Status
·
Tissue perfusion: perifer
Setelah dilakukan asuhan selama………penurunan kardiak output klien
teratasi dengan kriteria hasil:
v
Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
v
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
v
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
v Tidak
ada penurunan kesadaran
v AGD
dalam batas normal
v Tidak
ada distensi vena leher
v Warna
kulit normal
|
NIC
:
v
Evaluasi adanya nyeri dada
v Catat
adanya disritmia jantung
v Catat
adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
v
Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
v Monitor
balance cairan
v
Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
v
Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
v Monitor
toleransi aktivitas pasien
v
Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
v Anjurkan
untuk menurunkan stress
§
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
§
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
§
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
§
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
§
Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
§
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
§ Monitor
pola pernapasan abnormal
§
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
§ Monitor
sianosis perifer
§
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
§
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
§
Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen
§
Sediakan informasi untuk mengurangi stress
§
Kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik, nitrogliserin dan
vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas jantung
§
Kelola pemberian antikoagulan untuk mencegah trombus perifer
§
Minimalkan stress lingkungan
|
Intoleransi aktifitas
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Kolaborasi
|
Rencana keperawatan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Intoleransi aktivitas
Berhubungan dengan : ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
DS:
·
Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
·
Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.
DO
:
·
Respon abnormal dari tekanan
darah atau nadi terhadap aktifitas
·
Perubahan ECG : aritmia, iskemia
|
NOC
:
v Self
Care : ADLs
v Toleransi
aktivitas
v Konservasi
eneergi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria
Hasil :
v
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
v
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
v
Keseimbangan aktivitas dan istirahat
|
NIC
:
v
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
v
Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
v
Monitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat
v
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
v
Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis,
pucat, perubahan hemodinamik)
v
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
v
Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran
terapi yang tepat.
v Bantu
klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
v Bantu
untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
v Bantu
untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
v Bantu
untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
v
Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
v
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
v
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
v
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
v Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
v Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
|
Gangguan pertukaran Gas
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Kolaborasi
|
Rencana keperawatan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Gangguan Pertukaran gas
Berhubungan dengan :
è ketidakseimbangan perfusi ventilasi
è perubahan membran kapiler-alveolar
DS:
è sakit kepala ketika bangun
è Dyspnoe
è
Gangguan penglihatan
DO:
è
Penurunan CO2
è
Takikardi
è
Hiperkapnia
è
Keletihan
è
Iritabilitas
è
Hypoxia
è
kebingungan
è
sianosis
è warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)
è Hipoksemia
è hiperkarbia
è AGD abnormal
è pH arteri abnormal
èfrekuensi dan kedalaman nafas abnormal
|
NOC:
v Respiratory
Status : Gas exchange
v Keseimbangan
asam Basa, Elektrolit
v Respiratory
Status : ventilation
v Vital
Sign Status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Gangguan pertukaran pasien teratasi dengan
kriteria hasi:
v
Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
v
Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
v
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
v
Tanda tanda vital dalam rentang normal
v
AGD dalam batas normal
v
Status neurologis dalam batas normal
|
NIC :
·
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
·
Pasang mayo bila perlu
·
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
·
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
·
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
·
Berikan bronkodilator ;
-………………….
-………………….
·
Barikan pelembab udara
·
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
· Monitor respirasi dan status O2
· Catat
pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
·
Monitor suara nafas, seperti dengkur
·
Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
·
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
·
Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
·
Observasi sianosis khususnya membran mukosa
·
Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
·
Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung
|
REFERENSI
Doengoes,
M.E. (2006). Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC.
Kasuari, Asuhan
Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan Pendekatan
Patofisiology, Magelang, Poltekes Semarang PSIK Magelang, 2002
Irmalita,
1996. Infark Miokard. Dalam: Rilantono, L.I., Baraas, F., Karo
Karo, S., Roebiono, P.S., ed., Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FK UI,
173-174.
Antman,
E.M., Braunwald, E., 2005. ST-Segment Elevation Myocardial Infarction.
In: Kasper, D.L., Fauci, A.S., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L.,
Jameson, J. L., eds. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16 th
ed. USA: McGraw-Hill 1449-1450
Alwi Idrus, 2006. Infark Miokard Akut
Dengan Elevasi ST. Dalam: Sudoyo AW, Setiohadi Bambang, Alwi Idrus,
Simadibrata MK, Setiati Siti, 2006. Ilmu penyakit dalam: Edisi ke 4.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta, 1615-1625.
Kabo, P. 2008. Penyakit jantung koroner.
Jakarta :Gramedia
Smeltzer.
C.S & Bare.B (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.
Herdman,
T. H. (2012). NANDA internasional. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. alih bahasa Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu Tiar,
editor bahasa Indonesia Monica Ester. Jakarta : EGC.


0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home